Label

Minggu, 02 Desember 2012

Takami No Kenbutsu

I

di malam hari seperti ini, hawa Kota Batu bukan lagi sejuk. dinginnya menusuk-nusuk. latihan yang selama ini berulang kali kami jalani seperti menjadi musproh dan tampak tiada guna. kami berenam (Sultoni, Munawwir, Dullah, Bagus , Subakir, dan aku) terbiasa disiksa dengan pelatihan khusus laiknya Kopassus, Kopaskhas dan Kopaska. yah, pelatihan bulanan kami sama seperti yang diterapkan pula pada Navy SEAL Amerika serikat maupun KGB Rusia. berendam di bawah air terjun selama tiga hari tiga malam tanpa diperbolehkan mentas, bahkan sekedar makan dan minum; terkecuali salat berjamaah lima waktu yang hanya berdurasi 25 menit. yang kusebutkan tadi hanya menjadi tes awal.

kami berenam adalah Garda Khowasul Khowas; kami secara langsung dibawahi instruksi dan arahan dari ketua PB (Pengurus Besar) tanpa diketahui oleh banyak anggota organisasi dimana kami bernaung. jumlah kami pun sangat terbatas. kami hanya berjumlah delapan orang; mengikuti filosofi arah mata angin. selain kami berenam, dua anggota lainnya adalah kedua pelatih kami yang sekaligus menjadi komandan dan wakilnya.

malam hari di puncak Batu kali ini, kami sedang ditugaskan untuk mengikuti konferensi tingkat nasional dari salah satu badan otonom dari organisasi kami. secara resmi, undangan yang kami terima diatasnamakan perwakilan dari cabang kota masing-masing dari kami. penugasan selam seminggu di puncak batu ini cukup sederhana; mengawal keberlangsungan acara berikut melaporkannya secara berangsur, serta misi khusus melacak adanya kepentingan dari kalangan luar yang coba disisipkan dalam program-program yang akan disusun untuk masa 3 tahun ke depan.

misi seperti ini sangat disukai oleh Subakir , Munawwir dan Bagus. ya, mereka sangat mengidolakan Jason Bourne dan Ethan Hunt. sedang dua orang lainnya lebih tertarik pada isu-isu mistik dan klenik. seorang diri, aku lebih menyukai berhadapan secara gentle sembari menikmati harum aroma darah lawan tarungku. jika aku tidak bisa menikmati sepekan di puncak, aku akan menjadi satu-satunya alien di arena konferensi perang kepentingan di badan otonom yang bergerak di ranah pemberdayaan pemuda dan pemudi organisasi kami.

malam ini adalah malam kedua kami berada di Villa Pandawa. sebagai koordinator lapangan, aku hanya memantau dan memberi otoritas dalam setiap aksi; termasuk pelaporan data-data yang harus dikirim pada komandan. di ruang terbuka inilah aku terbiasa mengecek data-data selama sehari yang dikumpulkan kawan-kawan. ruang terbuka ini cukup memberiku inspirasi dan membuka kepenatanku.

hiruk pikuk anggota konferensi nasional yang sedang menikmati santap malam di ruang prasmanan terdengar cukup nyaring dari tempatku berada yang berjarak 150 m. kurasa, mereka semakin mirip dengan mayoritas anggota DPR yang selama ini sering mereka demo karena sikap hedonis. selebihnya, untuk urusan pribadi dan personal yang baik-bijak-bestari, kuyakini pasti ada meski hanya berapa persen dai keseluruhan.

dalam laporan yang sudah aku cek selama dua hari ini, ada beberapa pribadi yang mendapat sorotan secara khusus oleh kawan-kawanku. Empat orang yang telah berulang kali disebut dalam laporan tersebut memiliki basis massa pendukung yang cukup militan. Ahmad Ammar (AA) seorang putra pengusaha sukses dan Kalimantan yang sedang menempuh s3 di bidang teknologi Hankam di Jerman. menariknya, ia masih berusia 27 tahun, yang tentunya mengindikasikan kompetensinya.

Masyrifah (MAS) berusia 24 tahun seorang putri rektor Universitas ternama di Jawa Barat. ia sedang menempuh studi hukum strata 2 untuk yang kedua kalinya di Inggris. Hindun (HD) merupakan yang termuda, 21 tahun, di antara keempatnya. ia sedang menyelesaikan tesis berkaitan gejala sosial suku melayu dan ia merupakan putri tunggal dari tokoh masyarakat di suku Melayu. dan, yang terakhir, Adela (ADE) berusia 22 tahun. saat ini sedang menempuh s2 konsentrasi keuangan islam. kabar terakhir menyebutkan, ia sedang menyusun tesis mengenai strategi dan perspektif baru berkenaan kredit mikro. seperti yang lainnya, ADE pun mengikuti masuk kategori "buah jatuh 'tak jauh dari pohonnya". ADE merupakan putri sulung dari seorang ahli ekonomi Syari'ah.

dari empat nama tersebut, saya mengenal mereka cukup baik. bahkan, untuk beberapa nama, saya telah mengantongi informasi seputar hal-hal yang mereka sukai dan yang menjadikan mereka paranoid. secara pribadi, aku tidak mengenal mereka secara akrab. aku hanya mengenal mereka sebagai sesama anggota dan lawan politik di arena kecil dalam badan otonom ini. sejujurnya, aku tidak terkesan menjalani peranan politisi di Banom ini. sebagaimana pernah kusebutkan, aku lebih menyukai permainan terbuka walaupun berkeringat darah.

keempat pribadi tersebut, sebagaimana data yang disusun oleh kawan-kawan, dicurigai mengusulkan dan memasukkan kepentingan mereka dalam program tritahunan badan otonom yang menggerakkan para pemuda dan pemudi di organisasi ini. isu ini menguat sejak dua tahun sebelumnya, yang berujung penugasanku menjadi "politisi" dan wayang di Banom ini. data-data yang disusun oleh kawan-kawan selama mengikuti konferensi sepekan ini semakin memperkuat indikasi kecurigaan.

"elang kepada garuda, dua objek terindikasi menuju ke sarang,"  Bakir membangunkanku dari autismeku terhadap layar laptop. "siaga, gan... garuda nyimak aja dari puncak dunia," jawabku sekenanya.

tidak lebih dari 25 detik, ADE dan HD berjalan menghampiriku. tawaran snack yang mereka bawa tidak menarik perhatianku, kecuali buah kesukaanku sepiring buah durian. "terima kasih, kalian tahu apa yang kumau," senyum nyengir khas menutup sapaanku pada mereka berdua.

"masih saja sibuk dengan keasyikan pribadi, sangat menggambarkan namamu, Wahidi," ADE mulai buka suara setelah mengetahui piring snack bawaannya 'tak tersentuh olehku. aku menyilahkan mereka untuk duduk bertiga menemaniku. "kamu masih suka memainkan game strategi itu, yah??" HD mulai menunjukkan keakraban kami. "tentu saja aku tidak sedang memainkan game bola tanpa stick di tangan seperti ini!!" tegasku dengan gaya tersinggung. "ahihihi," mereka berdua tertawa renyah.

"ngomong-ngomong, nih..." kalimat ini biasanya menjadi prolog topik serius, "kenapa kamu tidak mengusulkan pelatihan programing dan semacamnya? setidaknya, banom ini tidak hanya menunggu dari orang yang cuma itu-itu aja ketika hendak menginstall ulang ataupun setting ISP," ditinjau dari tarikan napas ADE, sepertinya kalimat tersebut belum benar-benar diakhiri. "hemat. baik dari segi waktu, biaya dan sdm".

"seperti katamu tadi, namanya aja Wahidi, ia pasti ingin menjadi satu-satunya," ucapan menohok dari HD mengusik integritasku. "kalian, para wanita, selalu mengedepankan pre asumsi. sebaiknya kalian jangan puas dan berhenti di tahapan prematur seperti itu," cerocosku. "kalian kira, kesendirianku ini murni bermain game?? maket dan planning sedang kususun mengarah kesana. aku tidak ingin menjadi kepiting rebus bila tidak menyiapkan usulanku dengan baik dan rapi," tegasku.

"ok, ok, sepertinya efek buah durian telah bereaksi nih. sabar juga, akang..." HD mencoba melumerkan suasana. "kamu orang Melayu, ga cocok ngomong boso jowo, tauuk?!" ucapku sambil tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar